Kamis, 04 April 2013

MINYAK ATSIRI: Koperasi Berpotensi Mengelola

JAKARTA: Koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah dinilai memiliki prospek cerah mengoptimalkan pengelolaan komoditas minyak atsiri berdasarkan kebutuhan pasar lokal dan ekspor masih terbuka lebar. Braman Setyo, Deputi Bidang Produksi Kementerian Koperasi dan UKM, mengatakan minyak atsiri atau yang disebut juga essential oils, etherial oils, atau volatile oils adalah komoditi yang memiliki potensi besar digarap di Indonesia.

”Minyak atsiri adalah ekstrak alami dari jenis tumbuh-tumbuhan tertentu yang bisa diolah dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga. Setidaknya ada 70 jenis bahan baku minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan,” katanya kepada Bisnis, Senin, 26 Maret 2012.

Dari 70 jenis bahan baku minyak di Indonesia dan diperdagangkan ke pasar internasional, 40 jenis di antaranya diproduksi langsung di Indonesia. Produksi minyak atsiri Indonesia yang berasal dari daun nilam menghasilkan 800 ton per tahun.

Selain itu dari daung kenanga menghasilkan sekitar 25 ton per tahun. Berikutnya akar wangi sekitar 30 ton per tahun, serai wangi sebanyak 500 ton, pala 350 ton, cengkeh 2.500 ton. Hasil produk pelaku koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (KUMKM) itu diekspor sebagai komoditas aromatik.

Menurut Braman, sebagian besar minyak atsiri yang diekspor, bersumber hasil dari ramuan minyak nilam 64%, kenanga 67%, akar wangi 26%, serai wangi 12%, pala 72%, cengkeh 63%, jahe 0,4%, dan lada sebesar 0,9%.

“Adapun negara tujuan ekspor antara lain beberapa negara Eropa, Amerika Serikat, Australia, Afrika, Kanada dan negara-negara Asia Tenggara. Kapasitas ekspor minyak atsiri dari tahun ke tahun terus meningkat,” tukas Braman Setyo.

Pada 2011, misalnya, ekspor minyak atsiri meningkat lebih baik dari tahun sebelumnya (periode Januari-Agustus 2010) sebesar Rp2,6 triliun, naik sekitar 31,27% atau berhasil mencapai nilai transaksi sebesar Rp3,4 trilun.

Di Indonesia penggunaan minyak atsiri sangat beragam, dan dapat digunakan melalui berbagai cara. Misalnya melalui mulut atau dikonsumsi langsung berupa makanan dan minuman seperti jamu yang mengandung minyak atsiri,yakni  penyedap/fragrant makanan, flavour es krim, permen, pasta gigi.

Pemakaian luar bisa digunakan untuk memijatan, lulur, lotion, balsam, sabun mandi, shampo, obat luka/memar, pewangi badan (parfum). Melalui pernapasan untuk inhalasi/aromaterapi seperti pewangi ruangan, pengharum tisu, pelega pernafasan rasa sejuk dan aroma lain.

“Saat ini Koperasi Serba Usaha (KSU) Tunas Maju di Desa Ngargosari, Kulon Progo, Jawa Tengah, mengoptimalkan sumber komoditas untuk minyak atsiri. Mereka adalah usaha desa yang coba eksis memanfaatkan peluang terpendam minyak atsiri.”

Sumber : Bisnis Indonesia