JAKARTA:
Koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah dinilai memiliki prospek
cerah mengoptimalkan pengelolaan komoditas minyak atsiri berdasarkan
kebutuhan pasar lokal dan ekspor masih terbuka lebar. Braman Setyo, Deputi Bidang Produksi Kementerian Koperasi dan UKM,
mengatakan minyak atsiri atau yang disebut juga essential oils,
etherial oils, atau volatile oils adalah komoditi yang memiliki potensi
besar digarap di Indonesia.
”Minyak atsiri
adalah ekstrak alami dari jenis tumbuh-tumbuhan tertentu yang bisa
diolah dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga.
Setidaknya ada 70 jenis bahan baku minyak atsiri yang selama ini
diperdagangkan,” katanya kepada Bisnis, Senin, 26 Maret 2012.
Dari 70 jenis
bahan baku minyak di Indonesia dan diperdagangkan ke pasar
internasional, 40 jenis di antaranya diproduksi langsung di Indonesia.
Produksi minyak atsiri Indonesia yang berasal dari daun nilam
menghasilkan 800 ton per tahun.
Selain itu dari
daung kenanga menghasilkan sekitar 25 ton per tahun. Berikutnya akar
wangi sekitar 30 ton per tahun, serai wangi sebanyak 500 ton, pala 350
ton, cengkeh 2.500 ton. Hasil produk pelaku koperasi dan usaha mikro,
kecil dan menengah (KUMKM) itu diekspor sebagai komoditas aromatik.
Menurut Braman,
sebagian besar minyak atsiri yang diekspor, bersumber hasil dari ramuan
minyak nilam 64%, kenanga 67%, akar wangi 26%, serai wangi 12%, pala
72%, cengkeh 63%, jahe 0,4%, dan lada sebesar 0,9%.
“Adapun negara
tujuan ekspor antara lain beberapa negara Eropa, Amerika Serikat,
Australia, Afrika, Kanada dan negara-negara Asia Tenggara. Kapasitas
ekspor minyak atsiri dari tahun ke tahun terus meningkat,” tukas Braman
Setyo.
Pada 2011,
misalnya, ekspor minyak atsiri meningkat lebih baik dari tahun
sebelumnya (periode Januari-Agustus 2010) sebesar Rp2,6 triliun, naik
sekitar 31,27% atau berhasil mencapai nilai transaksi sebesar Rp3,4
trilun.
Di Indonesia
penggunaan minyak atsiri sangat beragam, dan dapat digunakan melalui
berbagai cara. Misalnya melalui mulut atau dikonsumsi langsung berupa
makanan dan minuman seperti jamu yang mengandung minyak atsiri,yakni
penyedap/fragrant makanan, flavour es krim, permen, pasta gigi.
Pemakaian luar
bisa digunakan untuk memijatan, lulur, lotion, balsam, sabun mandi,
shampo, obat luka/memar, pewangi badan (parfum). Melalui pernapasan
untuk inhalasi/aromaterapi seperti pewangi ruangan, pengharum tisu,
pelega pernafasan rasa sejuk dan aroma lain.
“Saat ini
Koperasi Serba Usaha (KSU) Tunas Maju di Desa Ngargosari, Kulon Progo,
Jawa Tengah, mengoptimalkan sumber komoditas untuk minyak atsiri. Mereka
adalah usaha desa yang coba eksis memanfaatkan peluang terpendam minyak
atsiri.”
Sumber : Bisnis Indonesia